Masyarakat JepangJepang

Mengenal Budaya Antri Bangsa Jepang

Budaya Antri Bangsa Jepang

Mengenal Budaya Antri Bangsa Jepang – Sikap memahami dan menghargai kepentingan orang lain, memahami hak dan eksistensi orang lain di sekitarnya, memahami pekerjaan yang diembannya, mungkin menjadi beberapa faktor yang membuat orang Jepang lebih terbuka dan sadar untuk berperilaku disiplin. Perilaku disiplin melahirkan tatanan hidup bermasyarakat yang penuh tanggung jawab dan tertib karena sesuai dengan hukum moral yang selalu ditanamkan dalam keseharian hidupnya.

Ketertiban dalam berperilaku tercermin dalam budaya antri yang begitu mengakar secara otomatis dan menjadi kesadaran pribadi orang Jepang. Sikap ini melahirkan pola pikir yang senantiasa menganggap bahwa selain diri sebagai pribadi ada orang lain yang juga lebih memiliki hak untuk didahulukan sesuai proporsinya. Budaya disiplin dan rasa tertib menjadikan orang Jepang selalu berpikir segala sesuatu harus berjalan sesuai rencana dan aturan, sehingga apa yang dilakukan akan tertuntaskan dengan maksimal.

Apabila ada seseorang yang tidak sesuai aturan umum dalam masyarakat, maka orang itu akan dianggap ‘hen na hito’, (orang yang aneh) padahal mungkin bagi kita hal itu dianggap sepele, namun bagi orang Jepang, sedikit saja hal itu tidak sesuai dengan kebiasaan umum, sedikit menyimpang dari hukum moral yang berlaku secara otomatis, maka dalam pemikiran orang Jepang hal tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat diterima.

Jika kalian pernah ke jepang atau menonton film/ drama jepang, pasti pernah melihat bagaimana orang jepang bersikap saat mengantri. Contoh paling mudah yang bisa kalian liat adalah saat mereka antri masuk ke dalam gerbong kereta dan antri di satu sisi escalator. Alasanya, sisi yang satu di khususkan bagi mereka yang ingin buru-buru karena telat atau ada urusan penting.

Read :  Kumihimo adalah Seni Kuno Pengepangan Benang Jepang

Budaya Antri Bangsa Jepang

Mengenal Budaya Antri Bangsa Jepang yang Terkenal

Budaya antri (queueing) di Jepang adalah aspek penting dari tata kelola sosial yang menggarisbawahi sopan santun, disiplin, dan rasa hormat terhadap orang lain. Antri adalah cara di mana orang Jepang menunjukkan sikap menghormati, menghindari konflik, dan mengutamakan kepentingan bersama di tengah-tengah keramaian dan kesibukan.

Penerapan dan Contoh:

  1. Transportasi Umum: Di stasiun kereta, bus, atau tempat keberangkatan transportasi umum lainnya, orang Jepang secara tertib dan rapi mengantri di jalur yang ditandai. Mereka mengantre dengan sabar dan memberi prioritas kepada orang yang keluar sebelum masuk.
  2. Restoran dan Kedai: Saat makan di restoran atau kedai makanan cepat saji, orang Jepang akan mengantri untuk memesan dan menerima pesanan. Mereka sering menggunakan mesin pemesanan untuk menghindari antrian panjang.
  3. Toko dan Pameran: Di toko-toko atau pameran, pengunjung akan mengantri untuk membayar atau membeli produk. Bahkan di pameran populer dengan antrean panjang, mereka akan tetap antri dengan tertib.
  4. Pelayanan: Di kantor pemerintah, bank, atau tempat pelayanan lainnya, orang Jepang antri dengan tenang untuk mendapatkan layanan. Tidak adanya kesibukan yang berlebihan dan sikap sabar merupakan ciri khas antrian di tempat-tempat seperti ini.

Sejarah Budaya Antri Bangsa Jepang

Budaya antri di Jepang memiliki akar historis yang kuat dan melibatkan nilai-nilai seperti sopan santun, harmoni, dan penghormatan terhadap orang lain. Penerapan antri yang rapi dan tertib telah menjadi bagian dari cara hidup masyarakat Jepang selama berabad-abad.

Dalam tradisi Jepang, sikap menghargai ruang pribadi orang lain juga tercermin dalam budaya antri. Antri memberikan jarak yang wajar di antara individu-individu yang berbeda, menghindari perasaan ketidaknyamanan.

Read :  Katsushika Hokusai: Maestro Seni Ukiyo-e yang Tak Terlupakan

Penting untuk diingat bahwa budaya antri di Jepang tidak hanya sekadar aturan formal, tetapi juga mewakili sikap dan pandangan sosial masyarakat. Kualitas ini terus ditekankan dalam pendidikan dan diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian dari norma sosial yang kuat.

 

Shares: